Kamis, 22 April 2010

Makna Sahadat

A. Laailahaillallah
Kalimat Laailahaillallah mempunyai kedudukan yg
agung. Ia memiliki aturan, syarat-syarat, makna
khusus & konsekuensi. Barang siapa yg
mengucapkan dgn jujur maka Allah akan
memasukannya dalam surga & barang siapa yg
mengucapkannya dgn dusta maka darah & hartanya
masih terjaga di dunia akan tetapi kelak di akhirat
hisabnya diserahkan kepada Allah Ta ’ala.
“Maka sesungguhnya Allah mengharamkan atasnya
neraka bagi orang yg mengucapkan Laailahaillallah
karena merapkan wajah Allah ” (HR Bukhari &
Muslim)
Kalimat ini pendek lafadznya, sedikit hurufnya &
ringan diucapkan, namun memiliki bobot yg sangat
berat di dalam timbangan keadilan. Ibnu Hibban & Al
Hakim telah meriwayatkan dari Abu Sa ’id Al Khudri
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Musa pernah berkata wahai Tuhanku, ajarilah aku
sesuatu yg dapat aku pakai untuk ingat kepada-Mu &
do ’a kepada-Mu, Allah berfirman: Wahai Musa
ucapkanlah ‘Laailahaillallah’, Musa berkata: Semua
hamba-Mu mengucapkan hal ini. Allah berfirman:
Wahai Musa seandainya tujuh langit & penghuninya
selain Aku & tujuh bumi ini di salah satu timbangan &
Laailahaillallah diletakkan di daun timbangan lainnya,
niscaya Laailahaillallah akan lebih berat dari itu
semua ” (HR Hakim & Ibnu Hibban dalam Maurid Adh
Dhom’an)
Hadist ini menunjukkan Laailahaillallah merupakan
dzikir yg paling utama. Sebagaimana yg ditegaskan
oleh hadist dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah
bersabda:
“Sebaik-baik do’a adlah do’a di hari ‘arafah & sebaik-
baik do’a yg aku ucapkan demikian pula para nabi
sebelumku adalah do’a Laailahaillallah wahdahu laa
syarikalah, lahulmulku walahul hamdu wahuwa ‘ala
kuli syai-in qadiir (Tidak ada yg berhak disembah
kecuali Allah Yg Esa tidak ada sekutu baginya, milik-
Nya segala kekuasaan & pujian & Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu )” (HR Ahmad & Tirmidzi dalam Ad
Da’awat No. 3579)
Diantara dalil yg juga menunjukkan Laailahaillallah
memiliki bobot yg sangat berat di dalam timbangan
keadilan adalah hadist yg diriwayatkan oleh Tirmidzi,
ia menghasankannya An Nasa ’I & Al Haakim, ia
berkata hadist ini shahih atas syarat Imam Muslim
dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah SAW bersabda:
“Akan dipanggil seorang dari umatku di atas para
pemuka makhluk pada hari kiamat kemudian
dibentangkan baginya 99 sijjil (catatn amal) masing-
masing sijjil sepanjang pan&gan mata. Lalu dikatakan
kepadanya: ‘Apa kamu mengingkari hal ini?’ Ia
menjawab: ‘Tidak wahai tuhanku’. Ia ditanya apa
kamu punya alasan lain atau kebajikan?’ Dgn rasa
takut ia menjawab: ‘Tidak punya.’ Lalu ia diberi tahu:
‘Sesungguhnya kamu memiliki beberapa kebajikan di
sisi Kami & kamu tidak akan didzalimi sedikitpun
kemudian dikeluarkan baginya sebuah bithaqah (kartu
ucapan amal) yg di dalamnya tertulis -Asyhadu
anlaailaha illallah wa asyhadu anna
muhammadarrasulullah- ‘ Maka ia berkata: ‘Wahai
tuhanku apa maksud dari bithaqah & sijjil ini?’
Dikatakan kepadanya: ‘Engkau tidak akan didzalimi
sedikitpun’. Lalu sijjil-sijjil itu diletakkan di salah satu
daun timbangan & bithaqah di daun timbangan lainnya,
tiba-tiba sijjil itu menjadi ringan se&gkan bithaqah
malah tambah berat. ” (HR Tirmidzi No. 2641 dalam Al
Imaan, Al hakim (1/5-6) & selain keduanya)
Kalimat Laailahaillallah memiliki 2 (dua) rukun, yaitu:
1. Annafyu artinya meniadakan seluruh sesembahan
selain Allah Ta ’ala
2. Al Itsbaat artinya menetapkan bahwa yg berhak
disembah hanyalah Allah Ta ’ala saja.
Kalimat Laailahaillallah tidak bermanfaat bagi orang-
orang yg mengucapkannya kecuali dgn memenuhi 7
(tujuh) persyaratan, yaitu:
1. Al Ilmu artinya mengetahui maknanya.
2. Al Yakin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran
kalimat itu tanpa ragu & bimbang sedikitpun.
3. Al Ikhlas artinya ikhlas tanpa disertai kesyirikan
sedikitpun.
4. Ash Shidqu artinya jujur tanpa disertai sifat
kemunafikan.
5. Al Mahabbah artinya mencintai kalimat ini & segala
konsekuensinya serta merasa gembira dgn hal itu.
6. Al Inqiyaad artinya tunduk & patuh melaksanakan
hak-hak kalimat ini dgn cara melaksanakan kewajiban
atas dasar ikhlas & mencari ridha Allah, ini termasuk
konsekuensinya.
7. Al Qabuul artinya apa a&ya tanpa menolak, hal ini
dibuktikan dgn melaksanakan perintah &
meninggalkan larangan Allah.
Al Imam Ibnu Rajab berkata: “Dari sini jelaskah
bahwa ucapan-ucapan hamba Laailahaillallah
merupakan pengakuan ia tidak memiliki sesembahan
selain Allah. Se&gkan makna Al Ilaahu adalah zat yg
dita ’ati & tidak dimaksiati disertai rasa takut,
memuliakan, mencintai, mengharap, tawakkal,
meminta & berdo ’a kepada-Nya. Ini semuanya tidak
pantas diberikan kecuali hanya untuk Allah. Walhasil,
bahwa orang yg mengucapkan kalimat tauhid
Laailahaillallah harus mengetahui maknanya &
mengamalkan konsukuensinya secara lahir & bathin ”.
Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa
makna ‘Laailahaillallah’ adalah ‘Tidak ada yg berhak
disembah kecuali Allah’. Adapun menafsirkan kalimat
Laailahaillallah dgn makna ‘Tidak ada pencipta kecuali
Allah’, ‘Tidak ada yg mengatur kecuali Allah’, ‘Tidak
ada tuhan kecuali Allah’ adalah kurang & menyelisihi
Al Quran & Sunnah.
Juga diantara konsekuensi Laailahaillallah adalah
menerapkan nama-nama & sifat-sifat Allah yg telah
ditetapkan oleh Allah & Rasul-Nya.
Realisasi kalimat syahadat
DOWNLOAD GAMBAR
B. Muhammadarrasulullah
Konsekuensi dari syahadat …Muhammadarrasulullah
adalah:
1. Mentaati perintahnya.
“ Hai orang-orang yg beriman, taatlah kepada Allah &
Rasul-Nya, & janganlah kamu berpaling dari-Nya,
sedang kamu mendengar (perintah-perintahnya )” (QS
8:20)
“Katakanlah: Taatlah kepada Allah & taatlah kepada
Rasul, & jika kamu berpaling maka sesungguhnya
kewajiban rasul hanyalah apa yg dibebankan
kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yg
dibebankan kepadamu. & jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk. & tiada lain
kewajiban rasul hanya menyampaikan (amanatAllah)
dgn terang.” (QS 24:54)
“Setiap umatku akan masuk ke dalam syurga, kecuali
yg enggan. Mereka berkata siapakah yg enggan ya
Rasululloh? Beliau menjawab: Siapa yg mentaatiku
maka ia akan masuk syurga & siapa yg
mendurhakaiku, maka dialah yg enggan. ”
2. Membenarkan apa yg di kabarkannya.
“ Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah
dia. & apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah,
& bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya. ” (QS 59:7)
“Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai
mereka bersaksi tak ada yg berhak di sembah kecuali
Allah & sampai mereka percaya kepadaku & apa yg
aku bawa ” (HR Muslim)
Allah mengancam dgn neraka Sa’iir bagi mereka yg
tidak percaya terhadap apa yg di kabarkannya, “&
barangsiapa yg tidak beriman kepada Allah & Rasul-
Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk
orang-orang yg kafir neraka yg bernyala-nyala. ” (QS
48:13)
Abu Bakar Ash-Shiddiq: “Aku tidaklah meninggalkan
apa yg diperintahkan oleh Rasul kecuali akan aku
kerjakan & aku takut jika meninggalkan satu saja &
perintah Rasul maka kebinasaan akan menimpaku ”.
3. Meninggalkan apa yg di larangnya tanpa ada sifat
ragu.
Ada yg mengatakan: “0. . . hukum ini tidak ada dalam
Al-quran” sebagaimana yg di lakukan oleh Inkaarus
Sunnah.
Sesungguhnya As-Sunnah itu adalah menafsirkan &
menjelaskan Al-Quran sebagaimana firman Allah
ta ’ala:
“& Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu
menerangkan kepada umat manusia apa yg telah
diturunkan kepada mereka supaya mereka
memikirkan ” (QS 16:44)
Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib Rasululloh bersabda:
“Ketahuilah bahwa aku di berikan Al Quran &
sepertinya bersamanya (yaitu Assunah)”.
Salah satu contoh pentingnya As-Sunnah untuk
memahami Al Quran:
“ Katakanlah: Siapakah yg mengharamkan perhiasan
dari Allah yg telah di keluarkan-Nya untuk hamba-
hamba-Nya & (siapa pulakah yg rnengharamkan)
rezeki yg baik. Katakanlah: Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yg beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.
Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
orang-orang yg mengetahui.” (QS 7:32)
4. Tidak beribadah kepada Allah melainkan dgn cara
yg telah di syariatkan.
Allah telah menyempumakan agamanya, wahyu
telah terputus & kenabian telah ditutup sebagaimana
firman Allah:
“ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu & telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku
& telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu “ (QS A1-
Maidah:3)
5. Syahadat ini juga memiliki konsekuensi yaitu tidak
meyakini bahwa nabi Muhammad memiiki sifat
rububiyyah yg punya pengaruh di alam semesta &
tidak berhak disembah.
Beliau hanyalah seorang hamba, seorang Rasul yg
tidak didustakan & seorang hamba yg tidak mampu
mendatangkan mamfaat atau menolak mudharat bagi
dirinya atau orang lain kecuali atas izin dan kehendak
Allah.
Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu,
bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, & tidak
(pula) aku mengetahui yg ghaib & tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku
tidak mengikuti kecuali apa yg telah diwahyukan
kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yg buta
dgn orang yg melihat”. Maka apakah kamu tidak
memikirkan(nya). (QS 6:50)
Hendaknya kita menempatkan nabi Muhammad pada
kedudukan & martabat yg telah Allah berikan
kepadanya yaitu sebagai hamba & utusan.
Semoga salawat dan salam tetap tercurah kepadanya.